Sabtu, 10 Maret 2012

Pelawak yang Tidak Lucu


Nancy Dinar on June 1st, 2009
Pernahkah anda melucu dan pendengarnya tidak tertawa? Well, saya sering mengalaminya. Bukannya tertawa malah mereka tegang dan bingung membuat saya salah tingkah apalagi jika kejadiannya di depan podium pada saat sedang menyampaikan khotbah. Namun, the show must go on. Satu-satunya yang tertawa di ruangan itu adalah saya sendiri. Bukan pada leluconnya yang sudah saya hapal dan ceritakan berulang-ulang tapi pada kenyataan ‘alangkah lucunya ada pelawak yang tidak lucu’.
Mungkin saya tidak ahli dalam hal melucu seperti TJ Waltije yang bisa membuat siapa saja geli dan terpingkal-pingkal dengan gayanya yang konyol. Walau sebenarnya saya punya bakat alami karena beberapa orang berpendapat tampang saya lugu dan bego. Sebenarnya saya sering berhadapan dengan diskriminasi seperti ini dan tidak lolos seleksi jika syarat utamanya adalah ‘tampang cerdas’.
Dulu pernah seseorang yang saya kenal baik memandang saya dengan pandangan tulus iklas dan berkata “Dek, tampangmu kok blo’on sih?”. Saya pulang menangis sepanjang jalan, beberapa sahabat saya berusaha membujuk. “Kamu tidak bodoh Nan, orang itu cuman tidak tau apa isi kepalamu?” J Tapi saya tetap menangis sehingga kami menjadi tontonan umum. “Nggak, kamu tidak tahu. Aku sedih karena dia bukan orang pertama yang ngomong begitu!”
Saya hampir percaya bahwa memang saya tidak memiliki otak yang cukup berat dan sekarang harus menerima kenyataan bahwa saya juga tidak berpotensi untuk menjadi anggota Extravaganza.
Dunia sepertinya tidak adil, karena dalam ruangan saya biasanya orang paling pertama tertawa dan geli dengan lelucon yang masih harus dicerna oleh orang lain. Ketika orang lain akhirnya sadar bahwa mereka sedang mendengar lelucon dan seharusnya tertawa, saya malah sudah tertawa untuk lelucon berikutnya.
Untung saja ada yang menyadari bahwa walau tidak lucu saya sebenarnya lucu. Dia itulah suami saya. Waktu kami masih berteman, setiap hari pasti penuh canda tawa. Suatu hari dia berkata, “mungkin kalau kita menikah, rumah tangga kita akan seperti pertunjukkan sirkus”. Maksudnya pertunjukkan sirkus yang punya banyak atraksi mendebarkan dan lucu. Demikianlah adanya, kami pun menikah. Kami tertawa dan melucu tanpa disengaja setiap hari dan kemudian menghasilkan keturunan yang juga lucu lucu.
Hidup ini ibarat sungai yang memiliki dua sumber mata air. Yang satunya menghasilkan tawa dan yang lain menghasilkan air mata. Hidup ini juga sama seperti kata suami saya, ibarat permainan sirkus. Ada adegan mendebarkan dan mengandung resiko dan ada badut lucu yang konyol untuk menghibur. Satu dan lainnya saling melengkapi.
Meskipun memiliki tampang bego dan blo’on, tapi dengan wajah yang sama, saya juga mendengar orang-orang berkata “Nancy, kamu punya karisma”. Saya tersenyum, menerima dua kenyataan ini sebagai compliment yang utuh. Yang satu bukan pujian dan yang lainnya bukan ejekan. Keduanya adalah dua mata air yang berbeda dalam satu pribadi yang sama.

sumber:  http://nancydinar.com/2009/06/01/pelawak-yang-tidak-lucu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar